KURANGNYA PENGETAHUAN DAN BAHAYA ABAI PADA KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental adalah problem klasik yang menghinggapi masyarakat luas, tak mengenal status pendidikan, jabatan, dan wilayah, bisa menyerang siapa pun sebabnya beragam, bisa sebab trauma, pola didik, pola hidup, atau pun lingkungan. Namun yang paling penting adalah pengetahuan dasar tentang kesehatan mental itu sendiri yang jarang dibahas atau menjadi topik pembicaraan di setiap acara kumpul-kumpul atau diskusi di forum-forum kecil. Kesehatan mental sangat beragam , tentunya dalam tahap tertentu memerlukan ahli psikolog untuk menanggulanginya, atau psikiater, tergantung separah mana berakibat pada diri seseorang.
Melihat beberapa kasus kecil di ruang lingkup masyarakat
perkampungan, khususnya kampung terdekat, sungguh sangat jarang sekali kalimat
“kesehatan mental” itu muncul, apalagi didiskusikan, mengenal pun tidak. Ini
menjadi PR besar bagi setiap mereka yang telah mengenalnya untuk
menginformasikan lagi atau mensosialisasikannya ulang guna terbentuk masyarakat
yang sejahtera dan damai di wilayah psikis dan mental. Dalam beberapa kasus di
perkampungan, tentu tak semuanya, lebih sering kesehatan mental terganggu atau
dalam hal seseorang mengalami trauma dan tekanan jiwa disebabkan dari pola asuh
dan lingkungan di sekitarnya, baik itu keluarga maupun lingkungan masyarakat.
KELUARGA
Keluarga adalah lingkaran pertama, atau ruang hidup pertama yang membangun seseorang ,baik secara fisik, mental, dan pemikiran. Keluarga yang damai dan harmonis mampu membetuk karakter anak atau mereka yang di dalamnya penuh kehangatan, bahagia, dan optimis, berbeda dengan keluarga yang di dalamnya penuh tekanan, sifat saling mendominasi, tempramen, manipulative, dan lain sebagainya, tentunya akan menciptakan penjara atau neraka bagi mereka yang ada di dalamnya, dan sangat mungkin berdampak pada kesehatan mental dan jiwa, salah satunya adalah menciptakan trauma bersama yang mendalam dan memengaruhi setiap gerak, ucap , dan laku , mereka yang di dalamnya.Pentingnya salah satu dari setiap keluarga mengenal tentang
kesehatan mental dan kesadaran untuk menjaganya guna menciptakan ruang yang
damai, harmonis dan penuh kehangatan. Tentunya itu tidak instan, perlunya
dibangun dialog-dialog yang bertujuan untuk mengurai masalah mencari solusi dan
alternative lainnya, serta sikap dan sifat sabar yang mesti dimiliki bagi
mereka yang terlibat di dalamnya. Keluarga menjadi ladang pertama munculnya
benih depresi, frustrasi, anxiety , dan penyakit mental lainnya, sebab sebagian
banyak waktu dihabiskan bersama keluarga dalam hal berkehidupan. Menjadi
penting bagi setiap mereka yang di dalamnya untuk saling memerhatikan dari segi
psikologis, karakter, dan kecenderungan sifat baik ketika tenang maupun
terguncang.
Kultur masyarakat yang masih primitif, yang masih memegang
erat pemikiran bahwa orang tua semisal dewa, tak pernah salah selalu benar,
otoriter dan manipulative, harus senantiasa didengar dan anak selalu dalam
posisi bersalah menyebabkan munculnya anak-anaka yang memiliki masalah dengan
kesehatan mental, seperti depresi, frustrasi, dan lain sebagainya, dan tak
jarang pula terjadi kasus bunuh diri atau anak menjadi susah diatur dan hidup
amburadul tanpa arah dan pengarah.
Oran tua baiknya merasa sadar, mulai belajar untuk terbuka,
mengakui kesalahan dan belajar mendengarkan dengan baik. Mendengar tentu
berbeda dengan mendengarkan, seperti halnya berbeda antara menyarankan atau
memberi pilihan dengan memaksa atau memerintah. Problem klasik yang berdampak
besar dalam masyarakat.
MEMAHAMI
Guna memutus rantai traumatic dari setiap keluarga, umumnya
mereka ( baca : orang tua) yang memilki sifat tempramen, hasrat kuasa yang
begitu kuat, egois kuadrat, dan sifat manipulatif lainnya disebabkan oleh
trauma masa lalu yang tersimpan di alam bawah sadarnya, dalam ilmu psikologis
yang diusung Carl Jung, ingatan-ingatan manusia yang tersimpan di alam bawah
sadarnya mampu menggerakan manusia di alam sadarnya, dalam tafsir lain adalah
halhal yang berada di alam bawah sadara manusia mampu memengaruhi manusia dalam
berpikir, bertindak, dan berperilaku.
Di sinilah pentingnya memahami diri, mengenal lebih dalam,
memeriksa perasaan-perasaaan yang menyebabkan sifat di luar kendali, guna
memutus rantai trauma, dan membentuk kehidupan baru yang lebih damai dan
harmonis serta penuh kebijaksanaan.
Tak sampai di sana, tentu penting juga akan diskusi-diskusi
santai dan ringan agar terjalin saling terbuka dan mengenal satu sama lain,
bersama-sama mempelajari kecenderungan sifat dan watak manusia sehingga setiap
dari kita memungkinkan untuk memiliki lebih banyak kantong-kantong kompromi dan
perspektif.
KEMBALI
Sudah saatnya bagi kita untuk mengubah cara pandang yang kaku,
guna menyembuhkan diri kita dari keterkungkungan oleh dogma dan doktrin, baik
dari segi agama, budaya, dan lainnya. Sudah saatnya mengenal batas-batas
kewajaran, keselarasan dalam hidup, dan kembali mempertanyakan dengan santai
apa peran dalam hidup, dan akan ke mana langkah tertuju. Singkatnya, ingin
dikenang sebagai apa kita dalam hidup dan kehidupan.
Menjadi wajar dan sederhana, bukan berarti hidup pasrah apa
adanya.
Cikajang, 27 Oktober 2020
#menuliskanperjalanan # kesehatanmental #kopisangray
Tidak ada komentar:
Posting Komentar