Minggu, 04 Oktober 2020

EPISODE PERJALANAN SECANGKIR KOPI #1

PETIK MERAH

 




ya, ketika masa awal panen kopi, hal yang cukup sulit adalah memilih kopi yang merah matang, sebab di awal masa panen hanya beberapa biji-biji kopi yang benar-benar matang.

 

hijau, hijau-kuning, kuning, kuning-merah, merah, merah matang.

 

hal tersebut juga yang membuat sebagian besar petani memilih cara panen kopi bukan dengan petik merah, melainkan campur.

 

tahun 2015 pernah sosialisasi dan mengajak beberapa petani untuk petik merah, namun cukup susah, karena kebutuhan dapur ngebul lebih penting.

 

"hese atuh hayang beureum kabeh mh, da ti baheula ge ngala kopi mah dirad (tanpa dipilih), " ucap Ema sekira tahun 2015an

 

waktu berjalan, ketika masa panen saya sering metik sendiri, dan tak jarang pula Ema bertanya, juga begitu bahagia melihat warna merah biji kopi yang matang.

lambat laun Ema juga memetik kopi yang sudah matang.

 

"keur inumeun mah kudu nu alus, meh ngeunah karasana," ucap Ema waktu itu

 

hingga kini, alhamdulillah pohon kopi mulai memasukinya masa panen yang padat, nyaris tiap hari kami memetik kopi.

 

sebelum berangkat ke kebun, biasanya kami menikmati secangkir kopi yang sudah diolah, menikmati hasil keringat dan perjuangan, menikmati penantian yang cukup panjang, menikmati doadoa yang diucap diam-diam..

 

Cikajang, 27062020

#menuliskanperjalanan

#episodekampung halaman

#nla #kopisangray

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN DARI KOPI SANGRAY

PERSEMBAHAN Tak ada yang benar-benar mesti diceritakan segalanya tumbuh tak tergesa melaju dengan kecepatan waktu seperti biji-biji kopi di ...

Kopi Sangray

Kopi Sangray

menjadi petani kopi

menjadi petani kopi