Kamis, 03 Maret 2022

PETANI DAN RUANG SUNYI YANG KIAN TAK TERLINDUNGI

 PETANI DAN RUANG SUNYI YANG KIAN TAK TERLINDUNGI



Hari ini saya menyengaja berjalan-jalan ke selatan untuk mencari kitab pangan di tengah kemelut isu bangku kosong dan propaganda konspirasi pandemic, ya akhir-akhir ini sebagian banyak orang lebih sering mengeluh sebab dampak dari pandemic terhadap keberlangsungan dan kestabilan hidup.

 

Dalam perjalanan saya mendapati beberapa petani yang tengah asik menebar benih, mencangkul tanah, da nada pula yang tengah berkumpul berbincang sambil ngopi-ngopi melepas penat. Ada hal menarik ketika saya berjalan cukup jauh, saya menemukan seorang petani muda yang tengah tekun dan khusyuk mengikat pohon-pohon tomat yang mulai tumbuh berkembang, tak banyak memang sekarang para pemuda yang berprofesi sebagai petani, bahkan untuk di kampung ini sendiri (sebuah kampung kecil di kec. Cikajang, Garut) hanya sebagian kecil anak muda yang melanjutkan profesi orang tuanya sebagai petani, apalagi anak muda yang memang fokus bertani, cukup sulit ditemukan.

Pesatnya kemajuan dan informasi menyebabkan dunia pertanian lambat laun ditinggalkan oleh generasi berikutnya, tentunya ini menjadi persoalan, sebab sumber bahan pokok tentunya didapat dari mereka yang bertani, jika kita melihat lebih jauh para petani di zaman ini masih didominasi oleh orang-orang dahulu, yang mungkin untuk segi produktivitas sudah cukup menurun. Tak sedikit dari mereka yang awalnya bertani, tanahnya dijual untuk kepentingan industry, bahkan di beberapa tempat, sengketa tanah adalah sesuatu yang menyeret masyrakatnya sendiri ke meja pengadilan, tak jarang pula peperangan dimulai dari sengketa tanah. Skip

Peran pemuda masa kini atau yang lebih dikenal dengan istilah generasi milenial tentu penting, apalagi di wilayah lumbung pangan, sungguh mengerikan jikalau suatu saat nanti negri ini bergantung soal pangan ke negara lain. Banyak factor memang kenapa dunia pertanian kurang dilirik dan diminati oleh para generasi muda, sebab cara berpikir dan bekerja generasi sekarang yang serba instant, tentu kurang cocok untuk wilayah kerja yang penuh kesabaran , keuletan, daya juang yang tak sebentar. Ditambah profesi petani seringkali dikaitkan dengan profesi yang kolot, dan lebih sering mengalami kerugian, padahal pernyataan itu tak sepenuhnya benar.

Dalam masa pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun ini, kita di hadapkan pada beberapa persoalan yang berkaitan dengan pangan, resesi ekonomi—kelangkaan bahan pangan, ini bisa memicu kekacauan dan mungkin dampak buruk lainnya kekurangan gizi bahkan sampai ke kelaparan. Tentu mesti ada upaya-upaya yang nyata, selain dari pemerintah, juga peranan dari generasi muda yang lebih banyak tersita waktu oleh gadget dan hal lainnya. Alangkah baiknya untuk kita kembali memeriksa meja makan, dari mana makanan itu dihasilkan, dan berupaya untuk menyelamatkan minimalnya keluarga dari kelangkaan bahan pangan dan gizi.

Persoalan pangan adalah pr bersama, apalagi di wilayah pertaniannya sendiri harga pangan kadang tak masuk di akal, dan di masa panen lebih sering para petani mengalami kerugian.


noer listanto alfarizi, 2022

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN DARI KOPI SANGRAY

PERSEMBAHAN Tak ada yang benar-benar mesti diceritakan segalanya tumbuh tak tergesa melaju dengan kecepatan waktu seperti biji-biji kopi di ...

Kopi Sangray

Kopi Sangray

menjadi petani kopi

menjadi petani kopi