PANEN KOPI
Kopisangray
"Ngahaja ku Ema dibeureumkeun belah tonggoh mh, meh bisa diala ku maneh," ucap Ema kemarin sore
ya, pagi ini Ema mengajak untuk memanen kopi bersama, tahun ini, kopi di kebun baru dua kali dipetik dengan hasil yang belum maksimal.
curah hujan yang cukup tinggi dan sering, membuat kopikopi jatuh sebelum dipetik, layu sebelum berkembang, ditikung sebelum sempat mengucap cinta.
namun ternyata, semesta punya rencana lain, kemarinkemarin harga cherry kopi sempat turun, kebun kami belum panen.
sekarang ketika masa panen, alhamdulillah harga cherry mulai membaik, senyum Ema berkembang penuh bahagia
"Alhamdulillah gening, rada Ayaan deui hargana, mudahmudahan we siga tahun kamari, " ucap Ema sambil memetik biji merah kopi
ya, sudah cukup lama kebun kopi Ema diolah bersama keluarga, menjadi pemasok utama Kopisangray
diolah dengan cara tradisional, merawat ingatan-ingatan, menyampaikan narasi-narasi masa lalu, dengan gerak halu pada jubleg, pada hangat matahari kala dijemur, pada harum biji kopi ketika disangray.
sudah hampir enam tahun Ema menyambung napas dan semangat hidup dari hasil kebun kopi, tahun sekarang ditambah dengan berkebun waluh/labu, akhir-akhir ini juga Ema rajin menanam jeruk.
Ema seperti mengingat benar-benar masa muda, masa di mana kepedihan begitu dekat, rasa lapar yang tak berjarak, ya, masa itu kopi menjadi pagar-pagar rumah, begitu pula jeruk, ditanam hanya untuk dikonsumsi.
kini masa berganti, zaman berubah, kopi dan jeruk menjadi penyambung kebahagiaan, penambah rasa syukur, bahkan menopang rumah kehidupan, tempat berteduh anak-anak cinta dan kasih sayang.
memasuki masa panen kopi, semoga segalanya lekas membaik dengan baik, tawa bahagia senantiasa menjadi sarapan pagi bagi siapa saja.
tak apa, sekalipun dunia kacau balau, langit runtuh, dan jodoh sulit ditemukan.
salah satu tugas manusia adalah bahagia.
dan dari Ema, saya belajar, bahwa kebahagiaan bersemayam dalam kesederhanaan.
kebunkopi, Cikajang 12062020
#menuliskanperjalanan
#episodekampunghalaman #kopisangray