Jumat, 02 Oktober 2020

Kopi Sangray di Warung Dardja

Warung Dardja dan Obrolan Tentang Kopi


( Kang Wisnu sedang menjelaskan tentang kopi dan lain sebagainya )

Foto ini diambil sekira tahun 2014/2015/2016 saya lupa lagi,  di suatu malam yang dingin di warung dardja atau KPRI

“ayo Nur , kita bedah kenapa harga kopi saset bisa sampai 1500-200/saset, kita bedah kira-kira bahan baku kopinya di kisaran harga berapa, ya ini kira-kira saja”, ucap kang Timbul atau dulu bernama Juragan Wisnu sang Empu dari tanah Wonogiri.

 

Kang Wisnu adalah salah satu guru saya di bidang perkopian, beliau yang senantiasa sabar dan tabah membimbing saya mempelajari seluk-beluk perkopian dan sesekali kadang mendengarkan curhatan picisan saya. Dari mulai pengenalan proses pasca panen yang baik dan kurang baik, kualitas gabah dan greenbean, sampai ke mempelajari profile roasting dan cupping beserta praktiknya. Kebetulan pada saat itu di warung dardja ada produksi kopi dengan merk coffee congress. Dengan pasokan kopi dari berbagai wilayah, dan tentunya langsung dari para petani kopinya, belajar sambil praktek tentu hal yang asik dan menakjubkan. Setiap hari selain mencicip lebih dari tiga gelas kopi, juga menyerap berbagai macam pengetahuan dari mulai pembibitan kopi sampai cara penyajian, setiap harinya penuh dengan eksperimen dan temuan baru.

 

Kembali lagi ke malam itu, saya yang pada waktu itu minim sekali pengetahuan soal kopi dan bagaimana pasar kopi berkembang tentu sangat antusias dan “ngaregepkeun” dengan khusyuk. Banyak hal dikupas oleh kang Wisnu yang ternyata seorang Antropolog juga.

 

“tah Nur, segini hasilnya tadi pas kita hitung bareng itu, dari mulai biaya produksi, promosi, dan lainlain, kebayangkan kopi seperti apa yang digunakan?, ya, mungkin kopi yang bagusnys mereka ekspor, sisanya ya, seperti yang sering kita saksikan sendiri. Bahkan para petani kopinya di kampung, minum kopinya ya kopi dari warung, nah itu jadi tugas Nur buat edukasi kawan-kawan di kampungmu,” ucap Kang Wisnu kemudian menyeruput kopi yang sudah dingin dan tinggal beberapa teguk lagi

 

Saya hanya mengangguk-ngangguk iya-iya saja, sambil terbayang wajah-wajah petani kopi di kampung  yang memang pada waktu itu ngopinya kopi dari warung, padahal memiliki kebun kopi sendiri.

 

Hatur nuhun Kang

Was pisan

 

Cikajang, 28.09.2020



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN DARI KOPI SANGRAY

PERSEMBAHAN Tak ada yang benar-benar mesti diceritakan segalanya tumbuh tak tergesa melaju dengan kecepatan waktu seperti biji-biji kopi di ...

Kopi Sangray

Kopi Sangray

menjadi petani kopi

menjadi petani kopi