Sabtu, 24 Oktober 2020

KUNJUNGAN KOPI SANGRAY


BERKUNJUNG KE SAUNG BACA KAPINIS



video ini dibuat oleh Kang Dani Kuswandi, pendiri sekaligus penggerak di Saung Baca Kapinis yang berlokasi di Giriawas, Cikajang, Garut.
setiap sabtu dan minggu seringkali diadakan kegiatan yang menarik, seperti bincang-bincang bersama para pelaku seni budaya, tukar pemikiran bersama masyarakat setempat, sampai berlatih menjadi penyiar di radio yang dibikin oleh kang Kuswandi.

kang Dani juga, begitu panggilan akrabnya, pernah beberapa kali sowan ke dapur incu, ruang produksi kopi sangray, dan sudah beberapa kali membuat video untuk kopi sangray.

yang mungkin belum kesampaian sampai saat ini, adalah ngobrol santai sambil ngopi sangray, sudah beberapa kali diagendakan, namun belum juga klilk. semoga lekas bisa kembali berkolaborasi saling berbagi cerita dan kebahagiaan sambil menikmati hangat bercangkit-cangkir kopi sangray.

hatur nuhun Kang.


beberapa video lainnya ada di akun youtube Saung Baca Kapinis



 

Sabtu, 10 Oktober 2020

TESTIMONI PENIKMAT KOPI SANGRAY

 Berikut beberapa kiriman video dari penikmat Kopi Sangray


video kiriman dari kang Agus Bebeng yang tiada lain dan tiada bukan adalah salah seorang wartawan Antara, juga fotographer, ditambah adalah seorang pecinta ikan guppy. selain dari pada itu beliau juga adalah seorang seniman dan aktivis. beliau menamai Kopi Sangray dengan nama lain Kopi Sastra, mungkin sebab cukup banyak yang menjadi penikmat Kopi Sangray dari kalangan penulis, baik penyair, cerpenis, sampai ke pemain teater.


selanjutnya adalah video terstimoni dari seorang Penyair Perempuan Indonesia asal Garut, yang juga guru yoga dan sebagai pengusaha keren pastinya, adalah Teh Ratna Ayu Budhiarti. sudah banyak tentunya buku-buku yang disusun oleh Penyair ini, salah satunya adalah bukuk puisi "Sebelas Hari Istimewa" yang memuat puisi-puisi dari perjalanan-perjalanannya melintasi berbagai sudut dunia. akhir-ahir ini selain menulis puisi, Teteh anggun dan menawan ini mulai merambah penulisan naskah drama diselingi dengan meracik donat dan menulis fragmen-fragmen romansa di status media sosialnya.


selanjutnya adalah video kiriman dari salah seorang perempuan tangguh bernama mba Anita Fajarwati dari Jawa Tengah yang kini bergelut dibidang rajut-merajut, ini versi singkatnya, beberapa kali beliau membuat video khusus untuk Kopi Sangray, selain merajut cinta dengan benang beraneka warna dan rupa, beliau juga ternyata adalah seorang pelukis yang enggan disebutkan namanya, ya , aktivitasnya cukup padat dan multitalent juga, dari mulai merajut, melukis, bikin ilustrator, sesekali menulis, juga pandai memasak. 

cukup banyak kiriman video testimoni dari para penikmat kopi sangray, sebagian diposting di akun instagram @kopisangray, juga di halaman facebook Kopisangray.

terima kasih sangat kepada atas apresiasi juga suport selama ini, semoga senantiasa sehat penuh semangat, bahagia penuh kebahagiaan,

Kopi Sangray


Kamis, 08 Oktober 2020

Minggu, 04 Oktober 2020

EPISODE PERJALANAN SECANGKIR KOPI #1

PETIK MERAH

 




ya, ketika masa awal panen kopi, hal yang cukup sulit adalah memilih kopi yang merah matang, sebab di awal masa panen hanya beberapa biji-biji kopi yang benar-benar matang.

 

hijau, hijau-kuning, kuning, kuning-merah, merah, merah matang.

 

hal tersebut juga yang membuat sebagian besar petani memilih cara panen kopi bukan dengan petik merah, melainkan campur.

 

tahun 2015 pernah sosialisasi dan mengajak beberapa petani untuk petik merah, namun cukup susah, karena kebutuhan dapur ngebul lebih penting.

 

"hese atuh hayang beureum kabeh mh, da ti baheula ge ngala kopi mah dirad (tanpa dipilih), " ucap Ema sekira tahun 2015an

 

waktu berjalan, ketika masa panen saya sering metik sendiri, dan tak jarang pula Ema bertanya, juga begitu bahagia melihat warna merah biji kopi yang matang.

lambat laun Ema juga memetik kopi yang sudah matang.

 

"keur inumeun mah kudu nu alus, meh ngeunah karasana," ucap Ema waktu itu

 

hingga kini, alhamdulillah pohon kopi mulai memasukinya masa panen yang padat, nyaris tiap hari kami memetik kopi.

 

sebelum berangkat ke kebun, biasanya kami menikmati secangkir kopi yang sudah diolah, menikmati hasil keringat dan perjuangan, menikmati penantian yang cukup panjang, menikmati doadoa yang diucap diam-diam..

 

Cikajang, 27062020

#menuliskanperjalanan

#episodekampung halaman

#nla #kopisangray

Jumat, 02 Oktober 2020

Kopi Sangray di Warung Dardja

Warung Dardja dan Obrolan Tentang Kopi


( Kang Wisnu sedang menjelaskan tentang kopi dan lain sebagainya )

Foto ini diambil sekira tahun 2014/2015/2016 saya lupa lagi,  di suatu malam yang dingin di warung dardja atau KPRI

“ayo Nur , kita bedah kenapa harga kopi saset bisa sampai 1500-200/saset, kita bedah kira-kira bahan baku kopinya di kisaran harga berapa, ya ini kira-kira saja”, ucap kang Timbul atau dulu bernama Juragan Wisnu sang Empu dari tanah Wonogiri.

 

Kang Wisnu adalah salah satu guru saya di bidang perkopian, beliau yang senantiasa sabar dan tabah membimbing saya mempelajari seluk-beluk perkopian dan sesekali kadang mendengarkan curhatan picisan saya. Dari mulai pengenalan proses pasca panen yang baik dan kurang baik, kualitas gabah dan greenbean, sampai ke mempelajari profile roasting dan cupping beserta praktiknya. Kebetulan pada saat itu di warung dardja ada produksi kopi dengan merk coffee congress. Dengan pasokan kopi dari berbagai wilayah, dan tentunya langsung dari para petani kopinya, belajar sambil praktek tentu hal yang asik dan menakjubkan. Setiap hari selain mencicip lebih dari tiga gelas kopi, juga menyerap berbagai macam pengetahuan dari mulai pembibitan kopi sampai cara penyajian, setiap harinya penuh dengan eksperimen dan temuan baru.

 

Kembali lagi ke malam itu, saya yang pada waktu itu minim sekali pengetahuan soal kopi dan bagaimana pasar kopi berkembang tentu sangat antusias dan “ngaregepkeun” dengan khusyuk. Banyak hal dikupas oleh kang Wisnu yang ternyata seorang Antropolog juga.

 

“tah Nur, segini hasilnya tadi pas kita hitung bareng itu, dari mulai biaya produksi, promosi, dan lainlain, kebayangkan kopi seperti apa yang digunakan?, ya, mungkin kopi yang bagusnys mereka ekspor, sisanya ya, seperti yang sering kita saksikan sendiri. Bahkan para petani kopinya di kampung, minum kopinya ya kopi dari warung, nah itu jadi tugas Nur buat edukasi kawan-kawan di kampungmu,” ucap Kang Wisnu kemudian menyeruput kopi yang sudah dingin dan tinggal beberapa teguk lagi

 

Saya hanya mengangguk-ngangguk iya-iya saja, sambil terbayang wajah-wajah petani kopi di kampung  yang memang pada waktu itu ngopinya kopi dari warung, padahal memiliki kebun kopi sendiri.

 

Hatur nuhun Kang

Was pisan

 

Cikajang, 28.09.2020



PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN DARI KOPI SANGRAY

PERSEMBAHAN Tak ada yang benar-benar mesti diceritakan segalanya tumbuh tak tergesa melaju dengan kecepatan waktu seperti biji-biji kopi di ...

Kopi Sangray

Kopi Sangray

menjadi petani kopi

menjadi petani kopi