Kopi , Pangan, dan Emak yang merawat kehidupan
Rumah emak dan kang Iqbal Noer Listanto Alfarizi, kopi sangray Cikajang-Garut, adalah rute pertama perjalanan kami menyusuri narasi-narasi kecil tentang kopi dan petani di tanah jawa bersama tim kecil yang bersepakat bahwa perjalanan ini adalah perjalanan silaturahmi, menemui beberapa petani kopi, mengucapkan salam,belajar dari mereka, dan berterima kasih pada keikhlasan mereka merawat kehidupan.
Kenangan emak pada masa kecilnya merawat dua pohon kopi milknya adalah kenangan yang selalu ia jaga (pada saat itu pohon kopi hanya menjadi tanaman pagar di depan rumah). Dari 3ha tanah abahnya, hanya ada 5 pohon kopi yang buahnya sekedar untuk memlenuhi kebutuhan minum kopi keluarga). Kini tanah luas itu telah habis dibagi-bagi sebagai warisan, bagian emak sekedar cukup untuk mendirikan rumah tempatnya berteduh. Namun pohon kopi emak kini lebih dari 500 pohon, tumbuh di atas tanah yang sedikit demi sedikit kian bertambah. Kenapa nanam kopi, mak ? "ah emak mah reuseup we ka kopi, ti emak leutik, reuseup ningali kembang sareung buahna nu beureum".
Kami mengikuti langkah emak menuju kebun yang tak jauh dari rumahnya. Di atas tanah itu kami melihat bagaimana emak, seorang perempuan petani sungguh-sungguh merawat tanahnya layaknya merawat kehidupan. Segalanya terpenuhi di atas tanah yang tidak terlalu luas itu, tapi cukup bagi emak. Di atas tanah itu sumber pangan terpenuhi. Dua ekor sapi perah yang setiap hari menghasilkan susu, balong kecil dengan berbagai jenis ikan tawar, singkong, pisang, sayuran, tanaman bumbu dan obat, dan pohon-pohon kopi yang subur dengan asupan pupuk kandang.
Satu lagi kebanggaan emak adalah cucunya, anak muda bernama Iqbal, yang mengolah sendiri kopi-kopi hasil panen emak dengan tetap memmpertahankan cara olah tradisional, dikemas dalam kemasan "kopi sangray", untuk memenuhi pesanan banyak penikmatnya di tempat-tempat yang jauh, yang tak terbayangkan sebelumnya oleh emak.
Perjalanan ini tentu hanya mampu merekam sangat sedikit dari proses panjang dialog yang terus menerus terjadi antara emak, anak perempuannya, dan cucu laki-laki yang meneruskan rasa cintanya pada kopi. Pada segala yang telah disajikan, pada cara emak dan kang Iqbal Noer Listanto Alfarizi merawat kopi, merawat kehidupan, pada pembelajaran yang kami bawa serta di perjalanan kami berikutnya, kami haturkan banyak terima kasih. Sehat senantiasa, berlimpah berkah, berlimpah bahagia.
-- Cerita perjalanan berikutnya, silaturahmi ke petani kopi di puncak suroloyo-kulonprogo
Tim Ulin ka kebon-kebon kopi; Yufik Juragan Wisnu Fahr Rozy Alex Dimas Pratama Ruben AR Wahab bersama Jelajah Kopi Jawa (cikajang-garut, suroloyo-kulonprogo, temanggung, wonosobo-dieng, guci-gunung slamet, salem-brebes selatan)
2017 , Ajeng Kesuma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar